REVIEW SKEMA/PETA KONSEP FILSAFAT, TEORI DAN KONSEP MATEMATIKA SEKOLAH DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

 

Perkuliahan Filosofi, Teori dan Konsep Matematika Sekolah Dasar pertemuan 7, dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2021. Perkuliahan dilaksanakan pukul 15.40-17.20. Perkuliahan ini diampu oleh Prof. Dr. Marsigit MA, dengan suasana perkuliahan yang hangat, antusias, humoris, menyenangkan dan bermakna. Refleksi mendalam perkuliahan ini mengkaji tentang review skema/peta konsep filsafat, teori dan konsep matematika sekolah dasar dan implementasinya dalam pembelajaran.

Pada awal perkuliahan, Prof. Marsigit memberikan pesan yang bermakna yaitu tentang “Tebaningngaurip”. Sebuah kata dari Jawa yang berarti jangkauan, atau keluasan. Sama halnya dengan perkuliahan Filsafat, Teori dan Konsep Matematika Sekolah Dasar yang terdiri jangkauan ilmu, keluasan ilmu dan batasan-batasan tentang keilmuwan. Seperti kajian filsafat, bahwa dalam perkuliahan terdapat awal dan akhir semester yaitu berisi refleksi pemaknaan dan implementasi pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Dengan demikian, dalam menuntut ilmu pengetahuan, manusia perlu menghindari Hoax. Hoax merupakan berita yang tidak lengkap, sempit, dan analog. Selain itu, pesan yang bermakna yang disampaikan Prof. Marsigit adalah tentang mengasingkan diri dan tidak mengasingkan diri. Dengan pembelajaran pandemi saat ini, dapat dilakukan dengan tidak mengasingkan diri, yaitu pertemuan online yang memerlukan platform.

Pada inti perkuliahan, diperoleh kajian ilmu yang bermanfaat tentang review skema/peta konsep filsafat, teori dan konsep matematika sekolah dasar dan implementasinya dalam pembelajaran. Berikut adalah peta konsep yang di berikan review dalam perkuliahan :


Review pertama, yaitu tentang Referensi. Referensi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan validitas ilmu. Tingkatan referensi saintifik dari tingkat terendah sampai tertinggi yaitu 1) prosiding yang sudah diseminarkan (diuji dan dipertanyakan dalam forum seminar), 2) buku, 3) artikel yang dipublikasikan dalam jurnal. Peta konsep yang belum diberikan referensi masih berada dalam tahap ontologis yaitu hakiki, common sense (orang awam). Dalam perkuliahan yang bersifat formal, terdapat penjelasan yang bersifat hypotetical analisis yaitu intuitif (pengalamaan) ahli dalam bidangnya. Pada dasarnya kuliah, youtube facebook dan media sosial berupa wadah untuk memberikan pengetahaun berdasarkan referensi. Dalam mencantumkan refenrensi kevalidan yang utama adalah sumber primer. Sumber sekunder dapat digunakan namun harus memiliki tingkat saintifik. Dengan demikian, diperlukan perbaikan tentang peta konsep yaitu menambahkan referensi agar diperoleh peta konsep yang valid dan saintifik.

Review kedua mengisi konten tentang hakikat pembelajaran matematika di sekoah dasar. Konsep yang digambarkan dalam skema sesuai dengan pendapat Ebbut dan Staker bahwa kegiatan matematika meliputi kegiatan mencari pola/hubungan, investigasi, pemecahan masalah dan komunikasi. Pendapat Ebbut dan Staker ini diperoleh dari buku yang diterbitkan “Teacher Associaton” di Inggris. Dalam konten, kegiatan investigasi, perlu diberikan makna konmperhensif tentang prinsip Meaningfull Learning berdasarkan teori Ausabel  yang diantara meliputi unsur konteks, konstruktif dan sebagainya.

Dalam konten metode saintifik perlu dikaji tentang konsep 5 M yaitu mengamati, menanya/ menghipotesis, mencoba, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan atau menyimpulkan. Konsep “menanya” ini memiliki perbedaan dengan konsep yang dikemukakan oleh Imanuel Kant dengan kebijakan yang ada saat ini. Imanuel Kant, memiliki perspektif bahwa menanya diistilahkan dengan kegiatan membuat hipotesis. Misalnya adalah hipotesis tentang suhu. Peserta didik diminta membuat hipotesis tentang suhu ruangan kemudian untuk membuktikan hipotesis, maka peserta didik akan melakukan kegiatan mencoba, menegosiasikan kemudian menyimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak.  Dengan demikian konsep ini perlu dikaji ulang, agar pendidik dapat menjadi fasilitator yang dapat memenuhi perkembangan peserta didik.

Dalam konten fenemonelaogi menurut Husserl terdapat 2 unsur yaitu idealized dan abtraksi. Idealized merupakan hasil yang dicita-citakan sedangkan abstraksi merupakan kegiatan untuk memperhatikan komponen yang dianggap penting dalam mencapai sebuah hasil. Husserl juga mengemukakan adanya epoche, yaitu proses membuang atau mengabaikan komponen yang tidak penting untuk mencapai hasil yang dinginkan. Namun perlu ditekankan bahwa fenomenologi dengan fenomena dalam kajian filsafat berbeda. Fenemona merupakan kejiadian atau peristiwa. Dalam perspektif Imanuel Kant, fenemomena berada dalam kajian realita/empirisme. Fenemonena dapat terjadi dari proses sensibiltas, kesadaran, apersespsi, persepsti dan diakhiri dengan representasi. Representasi bisa berasal dari mata untuk melihar, telinga untuk mendengar dan sebagainya.  

Dalam konten Aristotelian, perlu ditekankan bahwa Aristotelian mengkaji ilmu matematika secara Induksi (mengembangkan aliran empirisme) Sedangkan Plato merupakan kajian ilmu yang deduksi (mengembangkan aliran rasionalisme). Empirisme menekankan adanya sintetik a post teriori, sedangkan rasinonalime menekankan adanya analytic a priori. Dalam kajian pembelajaran konstruktivisme meliputi unsur  orientasi, Elicitasi,, Rekonstruksi ide, Aplikasi ide dan Reviu. Pembelajaran kontrukstivistik terdiiri dari realitik dan etnomatematika. Pada review, Prof. Marsigit juga menekankan tentang kevalidan konsep. Ontologis mencakup kebenaran. Epistemologis mencakup referensi. Validitas mencakup ontologis, epistemologis dan aksiologis. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKEMA/PETA KONSEP FILSAFAT TEORI KONSEP MATEMATIKA SEKOLAH DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN