KAJIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Perkuliahan
Filosofi, Teori dan Konsep Matematika Sekolah Dasar pertemuan 3, dilaksanakan
pada tanggal 24 Februari 2021. Perkuliahan dilaksanakan pukul 16.00-17.40.
Perkuliahan ini diampu oleh Prof. Dr. Marsigit MA, dengan suasana perkuliahan
yang hangat, antusias, humoris, menyenangkan dan bermakna. Refleksi mendalam
perkuliahan ini mengkaji tentang implikasi kualitatif dan kuantitatif dalam pembelajaran matematika di sekolah
dasar.
Kajian
keilmuwan tentang kualitatif dan kuantitatif dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar
merupakan kajian sistematis. Kajian tersebut dimulai dari kajian spiritualitas
yang menurunkan keilmuwan lainnya sebagaimana dalam bagan berikut:
Tingkatan pertama adalah spiritualitas.
Spiritualitas merupakan keimanan, kepercayaan, dan keyakinan. Spiritualitas
berupa realitas ciptaan yang tak terbatas, unlimited,
tak bertepi atau tak ada ujungnya. Spiritualias membahas kuantitafif kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan kualitatif. Misalkan kuantitatif adalah Tuhan itu Esa, maka
kualitatifnya adalah Kuasa dari Tuhan.
Tingkatan kedua adalah filsafat. Filsafat merupakan metafisik. Filsafat tidak serta hanya membahas tentang apa yang didengar dan apa yang dilihat namun membahas secara detail tentang apa yang terjadi di sebaliknya. Dengan kata lain, filsafat mengkaji makna dibalik kejadian atau peristiwa. Misalnya terdapat peserta didik yang terlambat mengikuti pembelajaran daring, ternyata setelah diselidiki maka diperoleh fakta bahwa peserta didik terkendala dengan jaringan. Akibatnya, peserta didik akan mengalami kerugian dalam pemaknaan konsep, dan nilai diri.
Dalam filsafat, terdapat hermeneutika. Hermeneutika dapat diartikan sebagai metode hidup atau membangun hidup. Hermenutika merupakan istilah dari Yunani, dalam paradigma psikologis (istilah dari Inggris) Hermeneutika diartikan sebagai “ To Construct”. Semua makhluk hidup dan tak hidup di dunia ini pasti membangun hidup mulai dari tumbuhan, hewan, manusia, dan benda mati. Misalnya yaitu 1) tumbuhan membangun pohon dan buah, 2) hewan membangun sarang, 3) batu dapat membangun rumah, 4) pasir dapat membangun batu bata, 5) manusia membangun keluarga, 6) manusia membangun koneksi, jaringan, pengertian, hubungan sosial dan sebagainya. Terdapat dua perkara dalam membangun hidup yaitu takdir dan ikhitiar. Namun, filsafat tentang hermeneutika kebanyakan belum dapat dipahami oleh sebagian besar manusia. Misalnya dalam lingkup Univertas terdapat 2 tingkatan yaitu Teaching Univesity dan Research University. Ciri Teaching Univesity terjadi apabila kegiatan yang ada dalam univesitas hanya mengajar, misalkan dalam perkuliahan mengajar dengan metode ceramah. Research University merupakan universitas berbasis laboratorium. Kegiatan yang ada dalam Research Univesity lebih memfokuskan pada kegiatan mengasah keterampilan melalui laboratorium yang disediakan. Misalnya yaitu 1) dalam jurusan kimia; menekankan kegiatan yang melibatkan research dengan menggunakan tabung reaksi, 2) dalam jurusan otomotif melibatkan kegiatan dalam menggunakan mesin otomotif, 3) dalam jurusan pendidikan kegiatan riset dapat dilakukan di pangkatan data, dan sebagainya. Namun, menurut Prof. Dr. Marsigit MA, seharusnya terdapat Hermenutics University atau Life University. Hermenutics University atau Life University merupakan universitas yang memfokuskan pada metode untuk membangun hidup. Keterampilan yang diajarkan lebih menekankan untuk membekali life skill yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tantangan perkembangan jaman. Dengan demikian dapat diperoleh keseimbangan hidup. Hermeneutik dalam hidup digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan gambar tersebut secara
teori, hermeneutika dalam hidup berjalan linear, namun dalam praktik berjalan
sebagai siklus. Siklus diartikan sebagai interpretasi dalam sebuah kajian
kejadian atau peristiwa dan begitu seterusnya secara siklik.
Tingkatan yang ketiga
merupakan jenis kelimuwan. Jenis keilmuwan itu terdiri dari ilmu sosial, ilmu
budaya, ilmu humaniora, ilmu psikologi dan sebagainya. Setiap jenis kelimuwan
ini mengandung kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan bahan kajian yang
dipelajari.
Tingkatan yang keempat
adalah kualitatif, sedangkan tingkatan yang kelima adalah kuantitatif. Dengan
demikian kuantitatif merupakan sub dari kualitatif. Kuantitatif berkenaan
dengan konsep banyaknya, jumlah, rata-rata, kuartil, persentil, persamaan
linear, media, modus, frekuensi, perkalian dan pembagian, operasi hitung,
logaritma dan sebagainya. Ciri kuantitatif
adalah terdapat rumus yang digunakan untuk menghitung. Ending dari kuantitatif memberikan jawaban “ya atau tidak” untuk
hipotesis. Dengan kata lain menerima atau menolak hipotesis. Kualitatif berkenaan dengan konsep penjelasan,
kreativitas, inovasi, intuisi, uraian, contoh, disrupsi, flexibilitas,
interaksi, dinamika, diskusi, penawaran, promosi, alternatif, catatan,
deskripsi, kesimpulan dan sebagainya. Kualitatif dan kuantitatif dapat
menghasilkan teori. Namun persoalan atau kejadian atau peristiwa tidak akan
cukup digambarkan hanya secara kuantitatif. Kuantitatif membutuhkan kualitatif untuk membangun
pemahaman yang lebih komprehensif. Dalam pembelajaran, kuantitatif digunakan
untuk jurusan matematika murni sedangkan kualitatif digunakan untuk
pembelajaran matematika pada peserta didik Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama. Alasannya karena matematika di sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama lebih menekankan pada pembangunan konsep melalui realita, intuisi, flexisibility, dan sintetic a post teriori. Berkenaan dengan intuisi, intuisi dapat
muncul dari ritme. Intuisi dapat dibangun berdasarkan akumulasi pengalaman. Intuisi
dapat dilatih untuk kepentingan positif. Dengan demikian, implikasi kualitatif
dan kuantitatif pada pembelajaran matematika di sekolah dasar memfokuskan bahwa
matematika merupakan kegiatan kualitatif yaitu kegiatan aktif untuk membangun
pemahaman dan keterampilan yang komprehensif tentang matematika.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar dapat dipahami sebagai hermeneutika matematika. Hermeneutika matematika merupakan metode membangun makna dalam matematika. Hermeneutika matematika dapat diibaratkan seperti gambar gunung sebagai berikut:
Gambar di atas dapat menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat digambarkan sebagai gunung. Puncak gunung dapat dicapai jika melakukan kegiatan mendaki. Misalnya untuk menguasai materi matematika yang komprehensif, maka peserta didik harus mendaki gunung yang difasilitasi oleh gurunya. Dengan kata lain, pembelajaran diperoleh dari pengkajian secara bertahap yaitu dari metode yang konkret ke abstrak, dari yang benda nyata ke formal melalui berbagai kegiatan yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa matematika di Sekolah Dasar mengikuti pemikiran dari Imanuel Kant bagian tentang matematika relatif. Imanuel Kant mengemukakan bahwa dalam matematika terdapat 2 kajian yaitu absolut dan relatif sebagaimana gambar berikut:
Matematika absolut menekankan pada matematika yang berupa rasionalitas sedangkan matematika relatif menekankan pada realitias. Sehingga dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar perlu perubahan paradigma yang harus disadari dan dilakukan oleh guru untuk mengubah cara pandang dan kegiatan pembelajaran yang dulu berupa formal math menuju “Contructive learning” sebagaimana gambar berikut:
Pembelajaran matematika di Sekolah dasar dikemas dalam bentuk Contructive Learning sehingga peserta didik memperoleh pengalaman yang bermakna. Perlu dipertimbangkan bahwa dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar terdapat fenemonalogi seperti yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar diatas menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran matematika terdapat proses abstraksi. Abstraksi merupakan proses
memilih fenomena yang dapat mendukung pemahaman yang komprehensif, sedangkan
epoche merupakan proses untuk membuang fenomena kegiatan yang tidak relevan
dalam hal mendukung pemahaman yang komprehensif. Misalnya adalah untuk kegiatan
pembelajaran matematika, peserta didik memilih abstraki dengan menyaring suara
guru, memperhatikan media yang ditampilkan oleh guru sedangkan epoche seperti
membuang suara lain yang ada disekitar dan media yang tidak relevan untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Penerapan Contructive Learning dalam pembelajaran matematika melibatkan tentang pemilihan teori belajar, pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan konsep, dan perkembangan peserta didik sekolah dasar. Hubungan psikologi antara teori, pendekatan dan model pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:
Berdasarkan gambar cmap tentang teori learing
di atas, maka dapat diketahui beberapa teori yang dapat diadaptasi untuk
pembelajaran matematika di sekolah dasar. Namun, untuk teori behaviorisme perlu
dikaji ulang. Teori behaviorisme menekankan pada konsep bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku akibat dari stimulus yang diberikan. Teori behaviorisme
dikenal dengan Stimulus-Respon (S-R) yaitu pemberian stimulus dilakukan untuk memunculkan
respon tertentu. Contohnya adalah percobaan hewan anjing yang diberikan
stimulus makanan dan bel untuk mengeluarkan air liur. Kemudian dengan stimulus
makanan dihilangkan dan dibunyikan bel dilakukan secara berulang, maka anjing
akan mengeluarkan air liur. Teori ini dianggap tidak relevan untuk pendidikan
sekarang. Pendidikan yang sekarang harus “Move
On” beralih untuk Contructive Learning.
Metode yang dapat digunakan untuk menerapkan Constructive Learning dalam pembelajaran matematika menekankan pada kegiatan matematika. Peserta didik mendapatkan konsep formal math melalui berbagai kegiatan yang bermakna. Sehingga hasil akhir dari pembelajaran matematika tidak hanya kuantitatif melainkan kualitatif. Metode yang dapat digunakan dalam menerapkan Constructive Learning antara lain sebagai berikut:
Metode atau model pembelajaran yang
pertama adalah realistic mathematics.
Realistik dapat diartikan situasi nyata. Realistic
mathematics menekankan pada kegiatan untuk memperoleh konsep formal math melalui kegiatan nyata yang
dilakukan oleh peserta didik melalui benda nyata. Dalam konsep realistic mathematics matematika dianggap
sebagai “human activity”.
Metode kedua adalah
metode saintifik. Metode saintifik terdiri dari 5 M yaitu mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan atau menyimpulkan. Terdapat
perbedaan konsep pada kegiatan “menanya” dalam pandangan Imanuel Kant dengan
kebijakan yang ada saat ini. Dalam pandangan Imanuel Kant, menanya diistilahkan
dengan kegiatan membuat hipotesis. Misalnya adalah hipotesis tentang suhu. Peserta
didik diminta membuat hipotesis tentang suhu ruangan kemudian untuk membuktikan
hipotesis, maka peserta didik akan melakukan kegiatan mencoba, menegosiasikan
kemudian menyimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Dengan
demikian, peserta didik melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis.
Teori belajar
berikutnya dalah teori belajar Bruner. Teori Bruner menyebutkan tiga tingkatan
belajar yang perlu diperhatikan dalam perkembangan belajar anak. Tingkatan
tersebut dikenal dengan EIS, yaitu: enactive
atau manipulasi langsung, iconic atau
manipulasi objek tidak langsung, dan symbolic
atau manipulasi simbol.
Model berikutnya adalah
etnomatematika. Etnomatematika merupakan pendidikan berbasis budaya.
Etnomatematika dapat dijadikan metode baru untuk menyediakan kegiatan
pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi peserta didik dengan menekankan
pada budaya (kearifan lokal). Berikut kegiatan yang dapat dilakukan dalam
etnomatematika.
Gambar tersebut menjelaskan, peserta
didik memperoleh konsep pengukuran dengan kegiatan menyenangkan melalui
pengukuran Candi Borobudur. Contoh objek kajian etnomatematika lainnya adalah
berupa budaya adat istiadat, permainan tradisional, ukiran, simbol dan
sebagainya. Dengan mempertimbangkan perkembangan peserta didik, terdapat banyak
penelitian yang membuktikan bahwa etnomatematika merupakan metode yang
konstruktif untuk membangun pengalaman belajar yang bermakna.
Mempertimbangkan tentang kondisi pembelajaran di masa pandemi sekarang ini, kegiatan pembelajaran matematika harus menekankan pada kegiatan yang konstruktif. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian tugas yang meminta peserta didik untuk tetap aktif memperoleh konsep formal math melalui kegiatan matematika. Selain itu diperlukan penguasan guru tentang ICT agar tetap dapat memfasilitasi pembelajaran daring matematika. Implikasi lebih jauh menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan era revolusi industri 4.0 Dimensi penguasaan ICT dilakukan sebagaimana berikut:
Gambar tersebut
menjelaskan tentang penguasan ICT yang harus dimiliki oleh guru dalam
pembelajaran matematika adalah pembuatan design produk ICT, implementasi dari produk
ICT dan keefektifan untuk melakukan penilaian. Dengan demikian harus terjadi
tranformasi, untuk mengubah kebiasaan yang dulu menjadi yang sekarang, dan
kebiasaan yang sekarang menjadi masa depan.
Mempertimbangkan
pentingnya hakikat pembelajaran matematika di sekolah dasar maka diambil
kesimpulan untuk renungan reflekstif bersama meliputi 1) mengubah pembelajaran
matematika dari formal math menuju constructive learing, 2) mengubah asumsi
tentang pembelajaran matematika di sekolah dasar yang lebih memfokuskan pada
kegiatan kualitatif, 3) menggunakan model atau metode berupa realitics mathematics, metode saintifik,
teori bruner dan etnomatematika sebagai metode yang kontruktif dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar, 4) meningkatkan penguasaan ICT untuk
membuat design, implementasi dan evaluasi pada pembelajaran matematika di
sekolah dasar, 5) melakukan tranformasi pembelajaran matematika dari saat ini
menuju masa depan secara efektif.
Matematika terasa lebih menyenangkan ketika bisa diterapkan di kehidupan berbudaya sehari-hari, salahsatunya dengan Etnomatematika ini. Mantabbss
BalasHapusTerimakasih! Sangatt bermanfaat😊
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSangat membantu menambah pengetahuan
BalasHapusSangat membantu menambah pengetahuan
BalasHapusSangat bermanfaat dan menambah pengetahuan!! Terimakasih
BalasHapusBisa dijadikan sumber referensi belajar dan sangat bermanfaat. Terima kasih🙏.
BalasHapusterima kasih atas ilmunya, sangat bermanfaat sekali ☺️
BalasHapusTerimakasih atas ilmunya. Materi ini cukup menarik dan dapat menambah pengetahuan🙏
BalasHapusIlmunya sangat bermanfaat, terima kasih
BalasHapusTerima kasih atas ilmunya, dapat menambah pengetahuan saya tentang matematika
BalasHapusMantap materinya disajikan secara struktur dan jelas, terimakasih penulis atas ilmunya
BalasHapusMaterinya sangat bagus, tidak hanya menampilkan teori implikasi kualitatif dan kuantitatif melainkan juga contoh-contoh penerapan dalam kegiatan belajar mengajar di kehidupan sehari-hari yang memudahkan untuk memahami materi yang disediakan. Terima kasih 👍
BalasHapusMateri yang disampaikan sangat menarik karena disertai dengan contoh dalam kegiatan sehari-hari sehingga sangat mudah untuk dipahami
BalasHapusMateri dalam blog ini memperkenalkan kita mengenai etnomatematika yang mana nantinya dapat kita terapkan dalam pembelajaran matematika di sd agar lebih diterima oleh peserta didik
BalasHapusBisa menjadi sumber referensi, terimakasih
BalasHapusPembahasan dan penjelasan tentang implikasi kualitatif dan kuantitatif yang di beri contoh juga, membuat saya lebih paham
BalasHapusKajian mengenai implikasi kualitatif dan kuantitatif pada pembelajaran matematika di SD menambah pengetahuan saya dalam hal pemahaman tentang matematika
BalasHapusUntuk gambar yang disajikan berbahasa Inggris dan ada kata yang saya tidak mengetahui artinya, tetapi maksud dari gambar sudah dijelaskan secara rinci jadi saya bisa mengerti dengan jelas apa yang yang disampaikan.
BalasHapusMateri yang disajikan ini sangat menarik dan bermanfaat bagi pendidik dan calon pendidik dalam menciptakan pembelajaran matematika yang inovatif.
BalasHapusAlhamdulillah dengan adanya blog ini, bisa menambah pengetahuan saya tentang kajian kualitatif dan kuantitatif... Semoga jadi amal jariyah
BalasHapusMaterinya sangat membantu karena penjelasannya mudah dipahami dan disertakan pula contohnya. Terimakasih
BalasHapussangat bermanfaat dan bisa menjadi sumber referensi dalam belajar. terima kasih.
BalasHapusTerima kasih konten sangat edukatif
BalasHapusMateri ini disajikan secara terstruktur dan sistematis sehingga mudah dipahami dan dijadikan sumber referensi. Terima kasih
BalasHapusMateri yang diberikan sangat membantu dan bisa dijadikan sumber referensi. Terima kasih
BalasHapusEtnomatematika adalah pendidikan dengan berbasis budaya. Sehingga kegiatan pembelajaran matematika akan lebih menyenangkan bagi peserta didik dengan menekankan pada budaya (kearifan lokal)✨
BalasHapusSangat bermanfaat dan menambah wawasan
Terima kasih
BalasHapusMateri yang disajikan sangat bermanfaat, terima kasih
BalasHapusAlhamdulillaah mataeri perkuliahan tertulis disini, sangat bermanfaat🌻🌻
BalasHapus